Jangan Nodai Ramadhan

Category: By Ta'mir Masjid Al-Anwar SMA Negeri 2 Kediri
Alhamdulillah, marilah kita mengucapkan syukur kepada Allah. Pada tahun ini kita masih dipertemukan dengan bulan penuh keagungan. Bulan di mana nafas kita menjadi ibadah, tidur ditukar dengan pahala, ibadah sunah dinilai sebagi ibadah wajib dan ibadah wajib dinilai berkali lipat pahalanya.


Orang-orang terdahulu memanfaatkan momentum Ramadhan untuk memperbaharui iman mereka. Selama 11 bulan mereka mengarungi bulan dengan penuh godaan untuk berbuat dosa. Dan di bulan ini, mereka berkesempatan memperkokoh benteng iman. Menyiapkan bekal akhirat serta menghapus dosa yang telah lalu.

Sayangnya respon masyarakat sekitar kita pada masa kini jauh berbeda dengan jaman dahulu. Ramadhan dipandang sebagai bulan dengan ibadah ritual saja. Terlihat dari luar memang baik. Namun, pada kelanjutannya tidak berbekas sama sekali. Ibadah yang hampa. Hanya tubuh kita yang beribadah. Jiwa kita tidak. Puasa hanya menahan lapar dan dahaga. Sholat Tarawih yang dipandang menjemukan kalau berlangsung lama. “Membaca” Al-Qur’an tapi tidak menjalankan isinya. Berlomba-lomba untuk malas beraktifitas. Dan masih banyak lagi.

Akibatnya bulan Ramadhan kini menjadi lahan garapan industri entertainment. Kita bisa lihat setiap hari kita disuguhi banyaknya program televisi bernuansa “Islami” booming di tengah-tengah kita. Setiap stasiun TV berlomba-lomba merebut pemirsa di bulan Ramadhan ini. Sehingga tujuan yang semula untuk menyemarakkan bulan Ramadhan berubah menjadi ajang bisnis bagi industri TV.

Contoh yang paling banyak kita jumpai adalah menjamurnya program komedi berseri pada bulan Ramadhan. Ketika akan berbuka dan ketika bersahur, masyarakat disuguhi tayangan “lawak-tainmet”. Mereka menyuguhkan banyolan yang membuat pemirsa tertawa terbahak-bahak alias berlebihan.

Banyak yang harus dikritisi dari fenomena ini. Rasulullah mengajarkan bahwa janganlah kita berlebihan, termasuk ketika tertawa. Namun, para “lawakers” memancing pemirsanya untuk tertawa “selebar-lebarnya”. Lebih jauh lagi, program ini membuat Ramadhan kehilangan rohnya. Ketika kita diwajibkan berpuasa untuk memahami laparnya kaum fakir, kita malah tidak peduli dan hanya menertawakannya. Di saat Ramadhan, seharusnya kita instropeksi diri akan dosa-dosa, malah kita yang tidak sadar dan hanya mengeraskan hati kita. Ingat, walaupun tertawa adalah terapi yang baik untuk kesehatan (kata penelitian), orang bijak telah memperingatkan pula bahwa tertawa akan mengeraskan hati. Akibatnya kita sulit menerima hidayah Allah. Sulit untuk beribadah kepadanya.

Oleh karena itu, marilah kita perbanyak istighfar di bulan ini. Bulan untuk instropeksi. Bulan untuk berbagi. Dan bulan untuk mempersiapkan diri yang lebih baik. Kita manfaatkan Ramadhan tahun ini dengan sebaik-baiknya karena tidak ada jaminan kita kan menjumpai Ramadhan tahun depan.
 

0 comments so far.

Something to say?